Wednesday, April 27, 2005

Dian Sastro Un Official Fans site: Tentang Aku !

Tuesday, April 26, 2005

Dunia yang Retak

Aku hidup di zaman milenium, sebuah masa dimana kecanggihan bersetubuh dengan kenafian. Bukan aku sinis terhadapnya, tapi realita yang terbacalah yang menyatakan demikian.

Aku suka berguru kepada alam, kepada manusia dan kepada absurditas. Betapa mereka memperkaya sisi batinku dalam memahami makna dan hakikat kehidupan ini. Pernah aku terbuai oleh para guru pelacurku, mereka selalu menghiasai benakku dengan nilai yang teramat tinggi. Sebenarnya mereka bukan pelacur asli, mereka hanya mengumandangkan status sebagai pembatas diri terhadap reaksi masyarakat sekitar.

Mereka memang orang yang kontroversial namun memiliki cara pandang yang baik. Pelacur satu selalu menasehatiku untuk tampil sederhana. Karena kesederhanaan merupakan harta terbesar. Walaupun kamu seorang kaya, upayakan untuk menyembunyikan kekayaanmu dalam bergaul. Sempat aku protes kepadanya, bahwa ada kala dimana aku harus menggunakan kekayaanku pada suatu waktu. Namun ia hanya menatapku dengan sorot mata yang mengandung kesederhanaan, hingga aku terpaksa mengerti jalan pikirnya.

Pelacur ke dua, menuntutku agar oportunis. Manusia harus selalu berubah katanya. Sesuaikan dirimu dalam kondisi dimana kamu berpijak. Ini bukan sebuah paham hipokrit. Adaptabilitas yang tinggi kupelajari darinya. Boleh dikata ia merupakan kombinasi antara feminin dan maskulin yang seimbang.

Pelacur ketiga sangat eksentrik. Ia sangat menonjol. Perkataan nya selalu memukau orang disekelilingnya. Dimana ia berada, buah bibir tak akan jauh darinya. Ia hanya berpesan satu hal kepadaku. Kepandaian dan kelebihan seperti ini tidaklah mudah dimiliki. Jutaan tangis, darah dan kehinaan akan kau hadapi. Hanya orang yang kuat keinginan saja yang akan berhasil, itu pun sangat sedikit jumlahnya.

Oleh mereka aku diperkenalkan kepada ketidaksempurnaan, kecurangan, kezaliman dan kerakusan serta berbagai macam sifat-sifat alami lainnya yang akan tampil di dunia manusia sepanjang zaman. Seakan-akan mereka khawatir aku akan terlalu bodoh untuk bisa memahaminya.

Mereka simpulkan kesemuanya itu dalam sebuah keretakan di bumi bulat ini.
Dunia yang retak bukan lah sebuah tempat yang harus ditakuti kata mereka.

Ada satu rahasia umum untuk bisa menutupi keretakan demi keretakan yang terus terjadi. Aku harus bisa mengikuti arah angin kehidupan yang akan memanduku untuk bertemu dengan para penambal keretakan itu. Mereka berbicara dengan bahasa batin, sehingga akan sulit dipahami jika hanya menggunakan nalar kemanusiaanku.

Para penambal itu ditakdirkan untuk dicari dan segera beraksi. Sementara aku hanyalah saksi dalam proses menutupi keretakan selama masa hidupku. Hingga itu terjadi para pelacur akan semakin jauh dariku.