Wednesday, March 21, 2007

Manakala jenuh dan sesak memenuhi kepala dan hati, tenggelam ku pada haribaan alam. Dimana secara aneh aku dengar pohon berpetuah, angin bercerita, binatang berdebat dan beraneka macam kisah dari para makhluk Tuhan.

Mereka keluhkan variasi efek negatif akibat ulah tangan manusia, seperti korupsi dan kerusakan alam. Bumi ini akan segera hancur. Kiamat sudah dekat. Inilah masa akhir zaman pekik mereka. Dan seluruh kehidupan mahluk Tuhan akan segera usai dipentaskan.

Bagi mereka yang seraya percaya akan kemunculan tokoh-tokoh fenomenal : Dajal vs Imam Mahdi, Satria Piningit, Ratu Adil tanda-tanda kehadiran mereka sudah mulai dirasa. Seperti layaknya peperangan hebat yang kerap terjadi antara kebaikan melawan kejahatan, akankah puncak dari cabikan-cabikan maut antar gesekan 2 generasi kekuatan dahsyat ini berakhirkan kemenangan dari salah satu pihak? Ataukah justru bumi sudah sedemikian muaknya akan tingkah laku manusia yang semakin pongah lagi menjijikkan hingga ia perlihatkan kemarahan Tuhan dari berbagai macam cara: Jatuhnya benda-benda langit berekorkan api raksasa yang menghantam bumi dengan intensitas tinggi dalam volume kuantitas yang tak terperikan. Apalah arti sebuah planet kecil yang bernama bumi ini, jikalah dibandingkan dengan luasnya jagat antariksa? Cukup hanya dengan satu teriakan dahsyat dalam tempo yg mungkin hanya berselang tak lebih dari 5 menit saja segala macam kehidupan bumi menjadi musnah sia-sia.

Kemungkinan kedua komplikasi dari bencana alam yang sangat dahsyat, dimana bergabungnya bencana taufan, tsunami, gempa, dan gunung meletus secara bersamaan. Pemanasan global akibat kerusakan lingkungan memacu cairnya gunung es, dimana air dalam jumlah sangat besar menaiki dan mulai menutupi seluruh daratan tempat manusia biasa berpijak dan beraktivitas, mengakibatkan terjadinya perubahan iklim secara drastis pada lingkungan hidup disusul dengan tsunami, angin topan, gempa dan gunung meletus yang saling susul menyusul, seakan tak ingin kalah dalam melampiaskan murka mereka yang telah terpendam sedemikian lama, dan kesemuanya itu memanglah telah digariskan kepada mereka untuk bertindak sedemikianrupa.Tak bisa dibayangkan betapa akan hancur leburnya bumi ini atas terjangan keganasan alam dari langit, laut dan darat secara simultan.

Pada akhir zaman itu, manusia diandaikan layaknya anai-anai (bulu ringan) yg saling bertebaran kesana-kemari tanpa daya yang siap merima ajal yang menjemput dalam kisaran waktu yang teramat singkat. Sangat mencengangkan ilustrasi dari percakapan antar makhluk tuhan yang bisa kudengar saat itu. Merindingku dibuatnya. Tiba-tiba saja kusadari bahwa persiapanku belumlah cukup untuk menghadapi hidup setelah mati.

Lalu Kudengar salah satu daun berbisik: tidak ada kata terlambat bagi makhluk Tuhan yang segera bertobat dengan tulus lagi ikhlas. Sembari tersenyum, aku berucap pada hati kecilku: Ya Tuhan Kuatkanlah niat hati ini untuk kembali kepada jalanMU yang lurus dan terangilah aku dari segenap penjuru kearifan cahayaMU... Amien…

1 Comments:

Blogger goresan pena said...

tulisan yang indah. membuatku berpikir ulang akan misi kelahiranku ke dunia...
salam...

2:32 AM  

Post a Comment

<< Home