Friday, March 11, 2005

Jangan Hamili Aku…..mas

Aku hanyalah seorang gadis dari desa terpencil. Aku masih tidak bisa memahami betapa kuatnya tekat ayah mendanaiku untuk melanjutkan studi di Jogjakarta. Sebuah kota yang dikenal sebagai kota pendidikan.

Hari pertama ku menginjakkan kaki di Jogja dipenuhi dengan ragam ketertarikan. Aku seperti bayi yang baru melihat keindahan dunia. Sebagai seorang yang berasal dari keluarga berekonomi lemah, Aku kerap kali minder dalam bergaul dengan teman kuliahku. Betapa beruntungnya mereka, berpakaian bagus, membawa kendaraan pribadi dan segala macam bentuk kemewahan lainnya. Mungkin itu sebabnya aku merasa kian terpojok dan terkucil.

Bila malam minggu tiba, sunyi hatiku mendambakan kasih. Terkadang hati ini semakin pilu bila melihat teman-temanku yang sibuk berpasangan dan bergandengan mesra, bagaikan remaja yang baru pertama kali mengenal indah dan manisnya cinta.

Berteman dengan kesepian dan kesedihan sepertinya sudah menjadi takdirku. Hingga suatu ketika tampillah mas Agus dalam perjalanan cintaku. Mas Agus tampak dari luar sangat meyakinkan, alim, pendiam dan tidak banyak omong. Sehingga aku mudah sekali terpikat olehnya. Kata tanpa suara…suatu hal yang sudah biasa bagi dunia pribadiku.

Namun entah mengapa semakin lama hubungan kami berjalan, aku merasa ada sesuatu hal yang menakutiku. Naluri kewanitaanku sangat kuat untuk hal yang satu ini. Pernah pada suatu malam mas Agus hampir mencuri semua kesadaranku. Aku tak habis pikir, sebuah rasa yang demikian kuatnya yang tidak dapat aku cegah, keluar begitu saja dalam diriku. Ada rasa pemberontakan dari hati kecilku, tapi itu tidak berlangsung lama.

Terkadang sering aku mengenang kembali saat-saat kami menghabiskan waktu berdua. Kalau terbayang ajaran guru ngaji di surauku dulu, betapa malunya aku mengingatnya. Sebuah kelakuan yang bisa dikatakan sudah melebihi batas norma agama. Tetapi pandangan mata ku seakan membela bahwa itu adalah hal yang wajar pikirku. Bukankah banyak wanita sebayaku melakukannya di sini? Bela akalku.

Momen puncak itu akhirnya datang juga. Ketika mas Agus memintaku untuk menemaninya menjaga rumah kawannya yang ditinggal pergi selama 2 hari. Mulanya aku menolak karena aku sangat takut pada saat itu. Pikiranku melayang kepada kemungkinan buruk apa yang akan terjadi pada diriku. Apalah arti semua penolakan ku. Seperti biasa aku selalu kalah dalam segala hal yang bernuansa perdebatan.

Ketika malam menjelang, tawaran menggoda diajukan kepadaku. Dasar akunya yang memang sudah jauh dari Yang diatas dengan mudahnya aku menerimanya. Malam itu aku hanyut dalam 2 rasa yang saling bergejolak hebat. Entah setan apa yang menguasai kedekatan kami. Aku terlena kecapaian. Benar-benar sebuah pengalaman fantastis (erotis) yang baru pertama kali aku rasakan di usiaku yang belum lagi genap 20 tahun saksiku..

Kejadian serupa itu semakin sering kami lakukan. Sejalan berlalunya dengan sang waktu, aku mulai merasakan ada sesuatu yang hambar dari hubungan kami. Mas Agus semakin jarang datang dan mulai memberikan banyak alasan yang tidak masuk di akal.

Kini sebulan sudah tidak ada kabar darinya. Kembali Aku merenungi nasibku dalam kesendirianku. Malam itu aku menangis hingga pagi. Seakan merasa bagaikan obyek lugu yang diperalat dan dipergunakan seenaknya saja oleh keangkuhan dan kepentingan kaum lelaki semata.

Dosaku semakin menggunung. Kusadari bahwa aku tidak perawan lagi. Bila tidak kuat mental ini mungkin aku akhiri kisah hidupku saat ini juga. Namun semua yang sudah terjadi harus aku hadapi dengan tegar. Kuanggap semuanya sebagai sebuah konsekuensi riil yang harus kubayar. Bukankah kita hidup untuk menanggung semua yang kita perbuat dan lakukan? Maka Aku harus kuat menjalaninya, teguhku dalam hati.

Aku bertekad untuk melawan semua sifat lemah ku. Aku tidak boleh semakin dalam terkubur, baik oleh nasib buruk yang kerap menimpaku maupun dosa-dosa yang telah secara sadar aku lakukan. Meski aku merasa jijik pada diri ini……namun aku masih yakin atas kemurahan dan kasih sayang Tuhan.


Akan Selalu ada pintu tobat yang terbuka bagi hamba-hambaNya …………..Amien.

3 Comments:

Anonymous Anonymous said...

dian..res..?? bingung mau manggil apaan...ceritanya bagus..hmmmm ada lagikah yang seperti ini...

--wiwid--

8:38 PM  
Blogger res96 said...

wid...kalo suka yang romantis dan sedikit melo. Coba klik website temanku:
www.duniamusik.com
jangan lupa komentarnya juga loh..;)

-res-

6:42 PM  
Blogger Unknown said...

Penqen juga yea Ngentot ..

11:34 AM  

Post a Comment

<< Home